Jika mendengar ‘Kultur Jaringan,’ anda semua pasti membayangkan sebuah laboratorium dengan laboran- laboran yang mengenakan jas lab berwarna putih. Ruangannya juga besar, luas, dipenuhi dengan peralatan berteknologi tinggi, dan serba steril.
Nah, Itu adalah pemikiran kita dalam dunia bioteknologi yang terdapat di laboratorium instansi dan akedemisi di kampus.
Ternyata, kultur jaringan itu bisa diperkecil cakupannya ke skala rumah tangga lho. Atau bahasa kerennya “Kultur Jaringan Ala Rumahan”. Begini kata Intan Rohma Nurmalasari, SP.,MP , Beliau adalah salah satu Dosen Prodi Agroteknologi, Fakultas Saintek UMSIDA dalam sebuah wawancara.(19/1/23)
“Mengultur jaringan tanaman tidaklah sulit, sebab hanya membutuhkan lima tahap,” ujar Intan Pertama, pengambilan eksplan dari beberapa bagian tubuh tanaman yang masih muda. Kedua, inisiasi kultur, yaitu proses pensterilan eksplan agar terbebas dari kontaminan (kotoran).
Tahap berikutnya adalah inisiasi, kemudian multiplikasi atau perbanyakan bahan tanaman. Keempat, tahap pemanjangan tunas, induksi, dan perkembangan akar. Setelah tunas tumbuh besar, maka tahap terakhir adalah aklimatisasi atau proses pemindahan tunas dari dalam botol ke luar.
Lalu, bagaimana sesungguhnya kultur jaringan ala rumahan itu? Rumah Anda adalah laboratorium anda. Anda cukup menyediakan ruangan biasa untuk ruang inisiasi, ruang penyimpanan, dan ruang persiapan. Tingkat sterilisasi di sini tentu tidak seketat sebuah laboratorium skala besar.
Sebab, bagi Intan, inti keberhasilan bercocok tanam dengan teknik kultur jaringan ini adalah menjaga tahapan inisiasi atau penanaman bagian tubuh tanaman ke dalam botol. Jika kita berhasil menerapkan teknik kultur jaringan Ala Rumahan atau skala rumah tangga tersebut, berarti secara tidak langsung bisa memberikan manfaat ekonomi lho. Bayangkan, jika kita harus menyediakan sejumlah lahan untuk pertanian konvensional hanya untuk pembibitan. Anda harus berpeluh keringat di lapangan menyiapkan persemaian, pembibitan, dan areal tanam. Sedangkan jika anda ahli dalam hal kultur jaringan, anda cukup duduk manis di ruang
berpendingin dan dengan telaten melakukan praktik kultur jaringan. Tenang, gagal awal itu biasa, sebab semuanya proses belajar. Yang penting, jangan takut untuk terus mencoba, ujar Intan.
Lalu, apa fungsinya kultur jaringan bagi mahasiswa? Nah, Intan mencoba menjelaskan dalam sebuah perkuliahan maupun pelatihan bahwa kita sebagai dosenharus mampu membangkitkan jiwa menanam dan merubah pola pikir generasi muda bahwa menanam tidak selamanya kotor. “Kultur jaringan juga sebagai alternatif menanam untuk meningkatkan biodiversitas Indonesia di masa mendatang,” katanya.
Sedangkan keuntungan yang bisa anda raih dari keberhasilan modal awal itu bisa mencapai dua kali lipat lho. Satu botol kultur jaringan bisa diperbanyak menjadi 30 botol lebih. Cukup menjanjikan, bukan? Dengan demikian, ilmu kultur jaringan saat ini sudah lebih membumi, dan anda tak perlu takut untuk mencoba berbisnis kultur jaringan. Selamat mencoba,semoga bermanfaat!