Pertumbuhan populasi yang terus meningkat membawa dampak signifikan terhadap permintaan pangan global, khususnya sayuran segar yang kaya akan gizi dan vitamin. Selada (Lactuca sativa L.), sebagai salah satu sayuran yang memiliki nilai gizi tinggi, semakin diminati oleh masyarakat karena kandungan vitaminnya yang melimpah, seperti vitamin A, C, dan K, serta berbagai mineral dan serat yang esensial untuk kesehatan tubuh.
Dalam rangka memenuhi permintaan yang semakin tinggi ini, berbagai metode budidaya dikembangkan untuk meningkatkan hasil produksi selada. Salah satu upaya terbaru dalam bidang ini adalah penelitian yang dilakukan oleh M. Abror dan Tomy Prasetyo dari Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan pupuk cair dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada di Pasuruan, Jawa Timur.
Riset di Desa Kedung Boto Pasuruan
Penelitian ini dilakukan di Desa Kedung Boto, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, selama bulan Juli hingga September 2017. Pasuruan dipilih sebagai lokasi penelitian karena daerah ini memiliki potensi besar untuk pengembangan pertanian, terutama dalam budidaya sayuran. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana kombinasi antara pupuk cair dan pupuk kandang sapi memengaruhi pertumbuhan dan hasil selada. Selada menjadi pilihan tanaman karena permintaan pasar yang terus meningkat, serta nilai nutrisinya yang tinggi. Penelitian ini juga didorong oleh keinginan untuk menemukan cara-cara yang lebih efektif dan ramah lingkungan dalam meningkatkan produksi tanaman tersebut.
Pupuk cair yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan organik yang mudah didapatkan, seperti bonggol pisang dan limbah nasi. Kedua bahan ini dipilih karena sifatnya yang biodegradable dan kemampuannya dalam memperkaya tanah dengan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Sementara itu, pupuk kandang sapi diaplikasikan dalam berbagai dosis untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap pertumbuhan selada. Pupuk kandang sapi dikenal kaya akan unsur hara makro dan mikro, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman.
Metode yang Diterapkan dalam Penelitian
Untuk memahami efek dari kombinasi pupuk tersebut, para peneliti menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pendekatan factorial. Metode ini dipilih karena kemampuannya dalam memberikan hasil yang lebih akurat dan terkontrol. Pupuk cair dan pupuk kandang sapi diujicobakan dalam berbagai kombinasi untuk menentukan dosis dan jenis yang paling efektif. Uji coba dilakukan dengan seksama untuk mengidentifikasi perlakuan yang memberikan hasil terbaik pada tanaman selada.
Hasilnya kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik untuk memastikan akurasi dan relevansi data. Pendekatan ini penting untuk memastikan bahwa temuan penelitian dapat diaplikasikan secara praktis di lapangan oleh para petani. Selain itu, analisis statistik juga membantu dalam memahami interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti jenis pupuk, dosis, dan kondisi lingkungan.
Hasil: Dosis Tepat Menentukan Hasil Maksimal Menggunakan selada
Penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi memiliki pengaruh signifikan terhadap semua aspek pertumbuhan selada, termasuk panjang tanaman, jumlah daun, dan bobot tanaman. Dari berbagai dosis yang diujicobakan, dosis terbaik ditemukan pada 12 ton/ha, yang memberikan pertumbuhan paling optimal. Pada dosis ini, panjang tanaman selada mencapai 11,75 cm, jumlah daun sebanyak 8,83 helai, diameter batang 1,02 cm, bobot basah brangkasan 52,83 gram, bobot kering brangkasan 23,2 gram, dan bobot konsumsi 41,23 gram. Angka-angka ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi dalam dosis yang lebih tinggi mampu mendorong pertumbuhan selada dengan signifikan.
Sementara itu, penggunaan pupuk cair juga memberikan hasil signifikan, terutama dalam hal panjang tanaman. Namun, efek dari pupuk cair bervariasi tergantung pada jenis yang digunakan. Pupuk cair dari bonggol pisang, misalnya, menunjukkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan panjang tanaman dibandingkan pupuk cair dari limbah nasi. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi nutrisi dalam pupuk cair dari bahan organik yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman.
Kontribusi untuk Praktik Pertanian Berkelanjutan
Temuan ini sangat penting bagi para petani yang ingin meningkatkan produktivitas tanaman selada. Dengan dosis pupuk kandang sapi yang tepat, hasil tanaman bisa meningkat secara signifikan. Di sisi lain, pemilihan jenis pupuk cair yang sesuai juga memberikan manfaat tambahan dalam hal peningkatan panjang dan kesehatan tanaman. Penelitian ini juga mendukung praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah organik, sehingga mendukung pertanian berkelanjutan.
Dengan menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan sebagai pupuk, para petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan. Selain itu, pemanfaatan limbah organik seperti bonggol pisang dan limbah nasi sebagai pupuk cair juga memberikan solusi terhadap masalah pengelolaan limbah, sehingga mendukung keberlanjutan lingkungan.
Penelitian ini membuka jalan bagi kajian lebih lanjut mengenai efek jangka panjang dari kombinasi pupuk ini terhadap kualitas tanah dan keberlanjutan produksi selada. Penggunaan pupuk kandang sapi dan pupuk cair berbahan organik tidak hanya memberikan hasil yang baik dalam jangka pendek, tetapi juga berpotensi menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Hal ini sangat penting dalam pertanian modern, di mana keberlanjutan menjadi salah satu kunci utama.
Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak hanya memberikan solusi bagi petani saat ini, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan teknik pertanian yang berkelanjutan di masa depan. Penemuan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para petani dalam mengoptimalkan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas tanaman, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Kombinasi antara inovasi dan praktik pertanian tradisional yang ramah lingkungan dapat menjadi kunci untuk mencapai pertanian yang lebih berkelanjutan dan efisien di masa depan.
Sumber: Jurnal, Freepik
Penulis: Ifa