Trichoderma dan Ekstrak Bawang Merah Tingkatkan Keberhasilan Sambung Pucuk Mangga

Agroteknologi.umsida.ac.id Tim peneliti dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melakukan penelitian tentang inovasi perbanyakan vegetatif mangga menggunakan agen hayati Trichoderma dan ekstrak bawang merah. Hasil riset ini menunjukkan bahwa kedua bahan alami tersebut mampu meningkatkan keberhasilan sambung pucuk bibit mangga, meskipun interaksi keduanya belum menunjukkan sinergi yang signifikan.

Pentingnya Perbanyakan Vegetatif Mangga

Mangga merupakan komoditas hortikultura yang memiliki prospek cerah untuk konsumsi nasional maupun ekspor. Ketersediaan bibit unggul menjadi kunci dalam menjaga kualitas dan produktivitas tanaman. Salah satu teknik yang digunakan adalah sambung pucuk, metode perbanyakan vegetatif yang menggabungkan batang bawah dari varietas yang tahan terhadap cekaman lingkungan dengan batang atas dari varietas yang memiliki produktivitas tinggi serta rasa buah yang unggul.

Dalam praktiknya, proses sambung pucuk sering kali menghadapi tantangan, terutama pada fase awal kemunculan tunas dan pertumbuhan batang. Peneliti berupaya menemukan bahan alami yang dapat mempercepat proses ini sekaligus melindungi bibit dari serangan jamur patogen. Ekstrak bawang merah dipilih karena kandungan senyawa aktifnya yang menyerupai zat pengatur tumbuh alami, sementara Trichoderma dikenal luas sebagai agen hayati yang mampu menekan jamur penyebab penyakit sekaligus merangsang pertumbuhan tanaman.

Rancangan Faktorial dengan CRD

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan metode Completely Randomized Design (CRD). Faktor pertama adalah aplikasi Trichoderma asperellum Tc-Clkt-01, sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak bawang merah dengan variasi 0, 15, dan 30 ml per liter. Variabel utama yang diamati meliputi waktu munculnya tunas serta panjang pertumbuhan tunas pada bibit mangga yang disambung.

Selain itu, peneliti juga melakukan analisis senyawa kimia menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry (GCMS) untuk mengetahui kandungan aktif dari ekstrak bawang merah. Beberapa senyawa yang teridentifikasi di antaranya flavonol, senyawa fenolik, dan peroksidase yang berpotensi menjadi prekursor hormon pertumbuhan seperti auksin dan giberelin.

Hasil Analisis Senyawa Ekstrak Bawang Merah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman. Senyawa-senyawa tersebut, seperti flavonol dan peroksidase, diketahui mampu meningkatkan aktivitas enzim dalam proses pembelahan sel. Analisis GCMS juga menunjukkan adanya senyawa fenolik yang memiliki potensi sebagai zat pengatur tumbuh alami.

Keberadaan senyawa ini menjadikan bawang merah sebagai bahan alternatif yang mudah diperoleh petani sekaligus aman digunakan dalam perbanyakan bibit. Hal ini semakin relevan ketika dikaitkan dengan kebutuhan pertanian berkelanjutan yang mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis.

Trichoderma Mempercepat Kemunculan Tunas

Dari hasil uji coba, Trichoderma terbukti mampu mempercepat kemunculan tunas sebesar 26,87 persen dibandingkan dengan kontrol. Pertumbuhan panjang tunas juga meningkat signifikan, yakni hingga 43 persen. Kemampuan ini tidak lepas dari peran Trichoderma dalam menghasilkan metabolit sekunder seperti peptaibols dan harzianolides yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman.

Selain itu, Trichoderma juga memiliki kemampuan menekan perkembangan jamur patogen yang biasanya menyerang jaringan sambungan pada bibit. Dengan demikian, fungsinya tidak hanya sebagai stimulan pertumbuhan, tetapi juga sebagai pelindung alami terhadap penyakit tanaman.

Kombinasi Memberikan Hasil Lebih Baik

Ekstrak bawang merah pada konsentrasi 15 ml per liter juga memberikan hasil positif. Perlakuan ini mempercepat kemunculan tunas sebesar 10,45 persen dan meningkatkan panjang tunas hingga 20,59 persen. Sementara itu, kombinasi Trichoderma dengan ekstrak bawang merah pada konsentrasi 30 ml per liter menunjukkan percepatan kemunculan tunas sebesar 23,17 persen dan peningkatan panjang tunas hingga 32,94 persen.

Meski demikian, analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi keduanya tidak signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan antimikroba dalam ekstrak bawang merah yang justru dapat menghambat aktivitas Trichoderma. Selain itu, kondisi sambungan yang dibungkus plastik untuk menjaga kelembaban juga mengurangi ketersediaan oksigen, sehingga menurunkan efektivitas Trichoderma.

Aplikasi pada Budidaya Mangga

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa penggunaan bahan alami dapat menjadi solusi untuk mempercepat produksi bibit unggul mangga. Bagi petani, pemanfaatan ekstrak bawang merah dan Trichoderma bisa menjadi strategi praktis dalam meningkatkan keberhasilan sambung pucuk tanpa bergantung pada bahan kimia sintetis.

Penerapan hasil penelitian ini juga sejalan dengan prinsip pertanian ramah lingkungan yang tengah digalakkan di Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi lokal yang mudah diperoleh, petani dapat meningkatkan efisiensi biaya sekaligus menjaga kesehatan lingkungan.

Penulis: Annifa Umma’yah Bassiroh

Sumber: Jurnal