Analisis Kimia Ekstrak Bawang Merah Mengungkap Senyawa Pemacu Pertumbuhan Tanaman

Fst.umsida.ac.id – Peneliti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) berhasil mengidentifikasi berbagai senyawa aktif dalam ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) yang berpotensi sebagai zat pengatur tumbuh alami bagi tanaman. Temuan ini diperoleh melalui analisis Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry (GCMS) yang mengungkap keberadaan flavonol, peroksidase, dan senyawa fenolik.

Kandungan Senyawa Aktif

Analisis menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah mengandung lebih dari 15 jenis senyawa kimia aktif. Di antaranya adalah cyclopentanol (23,85%), piperazine (14,08%), dan 4H-pyran-4-one (11,7%). Senyawa tersebut berperan penting dalam proses fisiologis tanaman, seperti pembentukan jaringan, aktivitas enzim, dan peningkatan laju fotosintesis.

Flavonol dalam bawang merah berfungsi meningkatkan aktivitas peroksidase yang memperkuat dinding sel tanaman dan mempercepat pembelahan jaringan muda. Dengan demikian, bawang merah berpotensi digunakan sebagai alternatif alami pengganti hormon sintetis seperti auksin dan giberelin.

Proses Ekstraksi dan Analisis GCMS

Proses ekstraksi dilakukan melalui serangkaian tahapan di laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Umsida. Bawang merah dikeringkan pada suhu 70°C selama satu minggu, kemudian dihaluskan dan diekstraksi menggunakan pelarut metanol 70%. Hasil ekstraksi diuapkan dan dianalisis dengan alat GCMS (QP2010 Plus, Shimadzu Japan) untuk mengetahui kandungan kimianya.

Hasil analisis memberikan gambaran detail mengenai komposisi kimia ekstrak bawang merah. Senyawa tersebut sebagian besar memiliki aktivitas biologis yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman serta memiliki efek antimikroba untuk melindungi jaringan sambungan dari kontaminasi patogen.

Manfaat bagi Pertanian

Peneliti menjelaskan bahwa pemanfaatan ekstrak bawang merah dalam perbanyakan tanaman dapat membantu mempercepat pembentukan tunas dan akar tanpa meninggalkan residu kimia. Selain aman, bahan ini mudah diperoleh petani dan dapat digunakan sebagai bio-stimulan murah berbasis sumber daya lokal.

Dalam konteks pertanian modern, penggunaan ekstrak alami seperti bawang merah juga mendukung praktik pertanian organik dan berkelanjutan. Pengurangan ketergantungan terhadap zat pengatur tumbuh sintetis menjadi langkah penting menuju sistem pertanian yang lebih sehat dan efisien.

Rencana Penelitian Lanjutan

Tim peneliti Umsida berencana untuk melakukan uji lapangan lanjutan guna menentukan konsentrasi optimal ekstrak untuk berbagai jenis tanaman hortikultura. Harapannya, hasil penelitian ini dapat dikembangkan menjadi produk bio-stimulan siap pakai yang mudah diaplikasikan oleh petani di lapangan.

Kesimpulan

Penelitian analisis kimia bawang merah ini membuktikan bahwa bahan lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung inovasi pertanian hijau. Dengan kandungan senyawa aktif yang kompleks, bawang merah tidak hanya menjadi bahan pangan, tetapi juga sumber potensial bagi pengembangan biofertilizer dan zat pengatur tumbuh alami.

Penulis: Annifa Umma’yah Bassiroh