Mengungkap Rahasia Raflesia: Peran Ilmu Agroteknologi dalam Menyelamatkan Tanaman Langka Indonesia

Agroteknologi.umsida.ac.id – Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversitas dengan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Namun, menjaga kelestarian tanaman langka seperti Raflesia arnoldii bukanlah tugas mudah.

Dalam wawancara bersama salah satu Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Intan Rohma Nurmalasari SP MP, terungkap bahwa pelestarian tanaman ini membutuhkan sinergi kuat antara sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkompeten dalam penelitian dan teknologi.

Kekayaan Biodiversitas Indonesia dan Tantangan Pelestariannya

Dosen Agroteknologi Umsida memulai dengan menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan luar biasa dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia.

“Indonesia itu memiliki kelebihan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan perlu diketahui antara SDM dan SDA harus terdapat sinergi,” ujarnya.

Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia mencakup berbagai jenis tumbuhan langka yang hanya tumbuh di wilayah tertentu, salah satunya adalah Raflesia.

Menurut beliau, keanekaragaman ini tidak hadir begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh kondisi alam yang unik serta kemampuan manusia dalam memanfaatkannya. Tanaman seperti Raflesia membutuhkan perlakuan khusus karena tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh begitu saja di berbagai daerah.

Faktor-faktor seperti jenis tanah, musim, iklim, dan karakteristik lingkungan sangat menentukan keberhasilan suatu tanaman untuk berkembang.

Upaya Pengembangan Raflesia dan Tantangan Teknologi Kultur Jaringan

Dalam wawancara tersebut, Dosen Agroteknologi menjelaskan bahwa salah satu cara modern untuk melestarikan tanaman langka seperti Raflesia adalah melalui metode kultur jaringan.

Namun, ia mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi ini di Indonesia masih belum maksimal.

“Sebenarnya Raflesia bisa dikembangkan dengan kultur jaringan, namun kultur jaringan di Indonesia masih sangat lemah, karena pengetahuan di Indonesia belum banyak, hanya beberapa,” ungkapnya.

Beliau juga menyampaikan bahwa penemuan fenomena tumbuhnya Raflesia di beberapa daerah baru-baru ini menjadi dorongan besar bagi kalangan akademisi untuk melakukan penelitian lebih mendalam.

Hal tersebut membuktikan bahwa masih banyak potensi ilmiah yang bisa dikembangkan, terutama dalam bidang bioteknologi dan konservasi tumbuhan.

Kemunculan Raflesia secara alami diperkirakan terjadi melalui proses seleksi alam yang panjang, dapat berlangsung hingga puluhan tahun.

Tanaman ini bergantung pada tumbuhan inang Tetrastigma, yang menyerap nutrisi dari tanaman lain tanpa merugikan inangnya.

Karena sifatnya yang sensitif, keberhasilan pertumbuhannya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang bersih dan tidak tercemar.

Lingkungan Ideal Raflesia dan Harapan Bagi Peneliti Muda

Lebih lanjut, menurut dosen tersebut, Raflesia hanya mampu tumbuh di tanah yang masih perawan (virgin soil), bebas logam berat dan polutan seperti unsur plastik, serta memiliki kandungan humus dan bahan organik tinggi.

Jika lingkungan yang ditempati tercemar, maka Raflesia akan sulit berkembang. “Raflesia tumbuh ditempat yang tidak tercemar, ia akan sulit tumbuh ketika berada di tanah tercemar,” jelasnya.

Melihat kompleksitas pertumbuhan tanaman langka tersebut, beliau berharap agar mahasiswa dan peneliti muda semakin termotivasi untuk mengembangkan penelitian berbasis inovasi.

Penemuan-penemuan baru di bidang agroteknologi dapat menjadi pintu besar menuju pelestarian spesies penting sekaligus memperkuat ketahanan lingkungan.

Wawancara ini menegaskan bahwa pelestarian tanaman langka seperti Raflesia memerlukan kombinasi antara kecanggihan teknologi dan kepedulian manusia terhadap lingkungan.

Indonesia memiliki sumber daya besar, namun membutuhkan penelitian yang serius dan sinergi antara ilmu pengetahuan dan konservasi alam.

Dengan berkembangnya ilmu agroteknologi, harapan untuk menjaga keberlanjutan biodiversitas Indonesia semakin terbuka lebar.

 

Penulis: Novia Ayu Hafidah