Trichoderma sebagai Agen Hayati dan Stimulan Pertumbuhan

Agroteknologi.umsida.ac.id – Peneliti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengungkapkan peran penting Trichoderma sebagai agen hayati sekaligus stimulan pertumbuhan tanaman. Riset ini menjadi bagian dari upaya pengembangan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan serta dapat meningkatkan produktivitas bibit hortikultura, khususnya pada tanaman mangga.

Trichoderma Menekan Patogen dan Merangsang Pertumbuhan

Trichoderma merupakan jenis jamur tanah saprofit yang dikenal luas dalam bidang pertanian. Perannya tidak hanya sebagai pengendali hayati terhadap jamur patogen penyebab penyakit tanaman, tetapi juga sebagai stimulan pertumbuhan. Mekanisme ini terjadi melalui aktivitas senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan, seperti peptaibols, harzianolides, dan berbagai senyawa bioaktif lain.

Peneliti menjelaskan bahwa sifat ganda ini membuat Trichoderma menjadi pilihan strategis dalam budidaya tanaman. Selain melindungi tanaman dari serangan penyakit, Trichoderma juga mendukung percepatan pertumbuhan akar, batang, dan tunas. Dengan demikian, keberadaannya mampu memberikan keuntungan ganda bagi petani.

Hasil Penelitian pada Sambung Pucuk Mangga

Uji aplikasi Trichoderma dilakukan pada sambung pucuk bibit mangga varietas Gadung dan Golek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan Trichoderma asperellum Tc-Clkt-01 mampu mempercepat kemunculan tunas sebesar 26,87 persen dibandingkan kontrol. Selain itu, panjang tunas meningkat hingga 43 persen.

Fakta ini menegaskan efektivitas Trichoderma dalam mendukung keberhasilan perbanyakan vegetatif. Kehadiran tunas baru yang lebih cepat menjadi indikator penting bagi petani, karena bibit sambung pucuk dapat lebih cepat dipindahkan ke lapangan untuk budidaya skala besar.

Metabolit Sekunder yang Berperan

Keunggulan Trichoderma sebagai stimulan pertumbuhan tidak lepas dari kemampuan jamur ini dalam memproduksi metabolit sekunder. Peptaibols, misalnya, merupakan senyawa bioaktif yang berfungsi memperkuat jaringan tanaman serta merangsang pertumbuhan tunas. Sementara itu, harzianolides berperan sebagai senyawa yang mendorong aktivitas fisiologis tanaman sehingga pertumbuhan lebih optimal.

Selain itu, Trichoderma juga dapat menghasilkan enzim tertentu yang membantu ketersediaan unsur hara di sekitar akar. Hal ini memperkuat perannya sebagai agen hayati yang tidak hanya melindungi tanaman, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah dan kesehatan akar.

Tantangan dalam Aplikasi Lapangan

Meski memiliki banyak keunggulan, penerapan Trichoderma di lapangan tetap menghadapi sejumlah tantangan. Kondisi lingkungan, kelembaban, hingga teknik aplikasi berpengaruh besar terhadap efektivitasnya. Dalam penelitian sambung pucuk, misalnya, faktor plastik penutup sambungan menyebabkan keterbatasan oksigen sehingga menurunkan kinerja Trichoderma dalam jangka panjang.

Selain itu, interaksi dengan senyawa antimikroba dari ekstrak tanaman lain, seperti bawang merah, juga dapat mengurangi aktivitas Trichoderma. Oleh karena itu, formulasi dan teknik aplikasi perlu terus disempurnakan agar manfaat jamur ini bisa maksimal.

Peluang untuk Pertanian Berkelanjutan

Penggunaan Trichoderma sebagai agen hayati sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan. Alih-alih mengandalkan fungisida kimia, petani dapat memanfaatkan Trichoderma untuk menekan patogen sekaligus mendorong pertumbuhan tanaman. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi biaya produksi, tetapi juga lebih ramah terhadap lingkungan.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar untuk mengembangkan aplikasi Trichoderma dalam skala luas. Selain untuk mangga, jamur ini juga dapat diterapkan pada berbagai komoditas hortikultura lain, seperti cabai, tomat, dan bawang.

Komitmen Umsida dalam Inovasi Pertanian

Melalui penelitian ini, Umsida menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan inovasi riset yang aplikatif dan bermanfaat langsung bagi masyarakat. Fakultas Sains dan Teknologi terus mendorong kajian tentang agen hayati, termasuk Trichoderma, untuk mendukung produktivitas pertanian lokal.

Peneliti berharap hasil riset ini menjadi langkah awal bagi petani dan pelaku agribisnis untuk beralih ke sistem budidaya yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dengan pemanfaatan Trichoderma, diharapkan produktivitas tanaman meningkat, biaya produksi lebih efisien, dan kualitas lingkungan tetap terjaga.

Kesimpulan Penelitian

Hasil penelitian menegaskan bahwa Trichoderma asperellum Tc-Clkt-01 memiliki peran penting sebagai agen hayati dan stimulan pertumbuhan. Perlakuan pada bibit mangga menunjukkan percepatan kemunculan tunas serta peningkatan pertumbuhan panjang batang.

Dengan potensi besar ini, Trichoderma layak dikembangkan lebih lanjut sebagai biofertilizer dan bioprotektan alami. Inovasi berbasis agen hayati ini diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus mendorong pertanian Indonesia menuju arah yang lebih ramah lingkungan.