Agroteknologi.umsida.ac.id – Raja Ampat, Papua Barat Dikenal sebagai “surga dunia,” Raja Ampat merupakan gugusan kepulauan di barat daya Papua yang memiliki lebih dari 1.500 pulau kecil, atol, dan beting karang, serta kaya akan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
Kawasan ini menjadi rumah bagi lebih dari 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang, dan berbagai spesies langka, menjadikannya pusat konservasi global.
Namun, di balik keindahan tersebut, Raja Ampat kini menghadapi ancaman serius dari aktivitas pertambangan, terutama tambang nikel dan batu gamping (limestone) yang banyak dieksploitasi di wilayah daratannya.
Suara Akademik Mengenai Ancaman Lingkungan
Salah satu suara akademik yang menyoroti persoalan ini datang dari Kepala Program Studi (Kaprodi) Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), M Abror SP MM menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi lingkungan di kawasan tersebut.

Sebagai akademisi di bidang Agroteknologi, M. Abror menegaskan bahwa dampak pertambangan di wilayah Raja Ampat bukan hanya mencederai keindahan lanskap, tetapi juga merusak keseimbangan ekologis yang telah terbentuk selama ribuan tahun.
Menurut M Abror, aktivitas pertambangan yang tidak berkelanjutan berpotensi menyebabkan berbagai kerusakan ekologis, seperti deforestasi, pencemaran tanah dan air, serta sedimentasi laut.
Sedimentasi dapat merugikan merusak terumbu karang dan habitat biota laut yang menjadi ciri khas Raja Ampat. Ia menyoroti bahwa pencemaran air dari limbah tambang dapat menyebabkan kerusakan luas terhadap sistem laut tropis yang sangat sensitif terhadap perubahan kualitas lingkungan.
Baca Juga: Roby, Mahasiswa Agroteknologi Umsida, Raih Juara 2 Pomprov Jatim 2025 Cabang Jujitsu
“Raja Ampat adalah pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Setiap kerusakan, baik di darat maupun laut, akan berdampak langsung terhadap keseimbangan ekologis.
Aktivitas pertambangan, khususnya yang tidak berkelanjutan, berpotensi menyebabkan deforestasi, pencemaran tanah dan air, serta sedimentasi laut yang menghancurkan terumbu karang dan habitat biota laut,” ujarnya.
Dampak Pertambangan terhadap Tanah dan Ekosistem
Dari sudut pandang agroteknologi, aktivitas pertambangan di Raja Ampat merusak keseimbangan tanah secara serius. Tanah di wilayah ini memiliki struktur yang rapuh dan kandungan organik rendah, sehingga sangat sensitif terhadap gangguan fisik dan kimia.
Penggalian dan pembukaan lahan tambang menyebabkan hilangnya lapisan topsoil yang subur, mengganggu siklus nutrien, dan menurunkan kesuburan tanah.
Selain itu, pencemaran logam berat dari limbah tambang dapat membunuh mikroorganisme penting dalam tanah, mempercepat degradasi, serta menghambat regenerasi vegetasi alami. Kerusakan ini sulit dipulihkan secara alami tanpa intervensi teknologi rehabilitasi yang kompleks.
Kaprodi Agroteknologi juga menyoroti bahwa pembukaan lahan tambang umumnya dilakukan dengan menggunduli vegetasi alami secara masif, yang berdampak langsung pada hilangnya penyangga ekosistem. Vegetasi endemik di Raja Ampat memiliki peran penting dalam menjaga kelembapan tanah, mencegah erosi, dan mendukung daur ulang nutrien melalui proses alami seperti pelapukan daun dan aktivitas mikroorganisme.
Ketika vegetasi ditebang, akar-akar yang sebelumnya menahan tanah menjadi hilang, sehingga tanah menjadi lebih rentan terhadap longsor dan erosi oleh air hujan. Hilangnya tutupan hijau juga mengganggu siklus hidrologi lokal dan memperburuk kerusakan lingkungan secara menyeluruh.

“Degradasi tanah akibat tambang mencakup hilangnya lapisan topsoil, peningkatan erosi, hingga penurunan kemampuan tanah menyimpan air dan nutrisi. Vegetasi endemik pun turut terganggu atau punah. Kerusakan ini sulit dipulihkan karena kontaminasi logam berat dari limbah tambang,” terangnya.
Usulan Solusi dan Langkah Pemerintah
Menanggapi upaya penyelamatan lingkungan Raja Ampat, Ia menyerukan agar pemerintah mengambil langkah tegas dan berbasis ilmiah dalam menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
“Pemerintah harus mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan. Aktivitas tambang perlu dibatasi atau dilarang di kawasan dengan nilai ekologis tinggi.
Sebagai gantinya, sektor-sektor seperti ekowisata, perikanan berkelanjutan, dan pertanian organik bisa dikembangkan dengan melibatkan masyarakat lokal,” ujarnya.
Menjaga Kelestarian Raja Ampat sebagai Warisan Ekologis Dunia
Ia menambahkan bahwa menjaga kelestarian Raja Ampat bukan hanya menjadi tanggung jawab lokal, melainkan merupakan warisan ekologis yang bernilai bagi dunia.
Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa aktivitas pembangunan tidak mengorbankan integritas alam Raja Ampat yang unik dan tak tergantikan.
Sebagai langkah awal, pemerintah telah mengumumkan penangguhan sementara terhadap aktivitas tambang nikel di wilayah Raja Ampat untuk keperluan verifikasi dan evaluasi lapangan.
Namun, Abror mengingatkan bahwa langkah ini harus diikuti oleh kebijakan jangka panjang yang konsisten dan terintegrasi dengan riset ilmiah.
Penulis: Fara Putri Amalia
Editor: Annifa Umma’yah Bassiroh